APBD Tetap Dana Favorit



Langkah PT Liga Indonesia yang berusaha menjadikan sepak bola sebagai bagian industri profesional hanya isapan jempol. Faktanya klub-klub tetap menyusu pada dana APBD. Bontang FC, yang selama ini dikenal sebagai tim swasta, pun mengalami kemunduran dengan menggunakan APBD Kota Bontang.

Hal serupa juga dilakukan Persema meski kini dinaungi PT Gajayana. “Kami masukan di PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) sekitar Rp 5 miliar. Semoga dewan yang dilantik nantinya bisa mengagendakan kembali di APBD,” ujar Peni Suparto, Ketua Umum Persema.

Seolah menjadi rahasia umum, langkah klub-klub ini memang tak langsung, melainkan banyak yang mendapatkannya hibah dari anggaran KONI Daerah atau Dinas Olah raga. “Sepak bola Indonesia tak seperti di Inggris. Pemerintah harus tetap membantu melalui APBD,” sebut Peni.

Alasan yang sama diapungkan manajemen Persijap. “Butuh waktu lama bagi klub untuk sepenuhnya lepas dari APBD. Kami mungkin baru bisa melakukannya dalam jangka waktu 10 tahun. Itu pun dengan catatan regulasi yang ditetapkan tak pernah berubah dan ekonomi masyarakat terus tumbuh dengan baik,” ujar Edy Sujatmiko, manajer Persijap.

Musim ini, Persijap mungkin mendapat dana Rp 5 miliar dari APBD. Angka tersebut turun 50 persen karena sebelumnya mereka menerima hibah Rp 10 miliar.

Persiba Makin Besar

Namun, klub lain, seperti Persiba, malah menjadi-jadi. Dari pengajuan Rp 23 miliar, dipastikan Persiba memperoleh Rp 18 miliar musim ini. Tahap pertama untuk perekrutan dan kontrak pemain saja Persiba menganggarkan Rp 7,8 miliar dari Rp 10 miliar yang dikucurkan dari APBD Kota Balikpapan.

Lain halnya dengan Persela, yang telah mendapatkan anggaran Rp 30 miliar untuk dua musim kompetisi sekaligus. Namun, dana tersebut kini hanya tinggal Rp 8 miliar karena telah terpakai sebanyak Rp 22 miliar pada musim lalu.

Persebaya, yang musim lalu tak mendapatkan bantuan secara langsung, musim ini mengajukan anggaran Rp 10,7 miliar melalui PAK APBD 2009. “Kami tidak meminta semua biaya Persebaya dari APBD,” ujar Saleh Ismail Mukadar, manajer Persebaya.

Persib pun tahun ini rencananya tak mendapat dana dari APBD setelah tahun lalu mengucur sekitar Rp 30 miliar. Meski begitu Ummuh Muhtar, manajer Persib, tetap berharap jika ada.

Maklum, peran sponsor dinilai tak banyak membantu. PSM, yang musim lalu selalu mendapat sponsor, tetap berharap bantuan APBD. "Kami masih mengandalkan dana APBD dari Pemkot Makassar dan bantuan Pemprov Sulsel," kata Kadir Halid, manajer PSM.

Langkah ini tak sepenuhnya menyalahi aturan. Bahkan Persik mendapat modal sebesar Rp 10,1 miliar lewat PAK. “Musim lalu ada sisa anggaran Rp 2,5 miliar. Jika ditambah dengan PAK, sebenarnya Persik sudah bisa membangun tim bagus. Kami, anggota dewan, berani menyetujui permintaan pengurus Persik karena langkah itu sah. Apalagi saya juga pernah menghadap Dirjen Anggaran Depdagri meminta penjelasan soal ini,” ujar Husni Syam, anggota DPRD Kota Kediri yang baru saja purnatugas. (Indra I./Sahlul F./Gonang S./Gatot S./Fahrizal A./Jamaludin/Yan D./Budi K.)

KUCURAN APBD
-------------------------------
Persijap Rp 5 miliar
Persema Rp 15 miliar
Persiba Rp 18 miliar
Persela Rp 8 miliar
PSM Rp 15 miliar
Persebaya Rp 10,7 miliar
Persija Rp 22 miliar
Persitara Rp 7 miliar
Persib -
Bontang FC Rp 7 miliar
Persisam Rp 20 miliar
Persik Rp 10,1 miliar